MUSDA GKMI SULUT 2018
Selasa, 29 Mei 2018
Senin, 28 Mei 2018
MARS GKMI (Gereja Kristen Maranatha Indonesia)
MARS GKMI
(GEREJA KRISTEN MARANATHA INDONESIA)
Aku akan terus mengucap syukur
Karna ku'tlah dipilihNya
Menjadi saksi bagi Injil Kristus
Dan britakan keseluruh dunia
Hidupku penuh dengan sukacita
Karna Tuhan milikku
Bertumbuh berakar berbuah
Penuh Roh Kudus bagi kemulyaan-Nya
Gereja kristen maranatha indonesia
Siap menjadi berkat
Mengajak tiap orang mengenal kasih Kristus
Agar dis'lamatkan
Menolong banyak jiwa serta memenangkannya
Bawa kepada Tuhan
Hidup jadi berkat bahagia sempurna
Sampai Tuhan datang
Cipt : FRANKY KAWUWUNG
Syair : Pdt. TJANDRA TUMBELEKA
Senin, 22 Februari 2016
SEJARAH GKMI (Gereja Kristen Maranatha Indonesia)
SEJARAH GEREJA KRISTEN MARANATHA INDONESIA (GKMI)
Diawali oleh seorang Wiliam
Wangko anggota militer kerajaan Belanda (KNIL) yang berdinas di bandung jawa
barat dengan pangkat kopral, ia dipensiunkan dini pada awal tahun 1920, dan
kembali ke Minahasa serta berdomisili di Langowan.
Ketika
Wiliam Wangko menerima Tuhan Yesus Kristus, dan Baptisan air (selam) serta
dipenuhi dengan ROH KUDUS, dan mendapat karunia-karunia antara lain hikmat dan
marifat seingga ia dapat mengetahui kesalahan/dosa dari rekan-rekannya serta
komandannya, karena rekan-rekan serta komandannya sulit untuk menerima
pernyataan-pernyataan tersebut sehingga mereka memvonis Wiliam Wangko tidak
waras atau terganggu jiwanya, komandan militer belanda menugaskan seorang
dokter untuk memeriksa kejiwaan dari Wiliam Wangko.
Waktu
dokter tersebut sedang memeriksanya, maka Roh Tuhan datang kepada Wiliam Wangko
dan secara langsung dokter tersebut di tegur atas perbuatan dosa-dosanya yang
dilakukan, dokter tidak dapat menerima, merasa malu dan marah, akibatnya dokter
mengeluarkan surat keterangan hasil pemeriksaan bahwa Wiliam Wangko terganggu
kejiwaannya dan disarankan diberhentikan dari dinas kemiliteran serta di
pulangkan ke daerah asalnya, Langowan Minahasa.
Pada
awal april 1925 setelah Wiliam Wangko berada di Langowan, beliau inilah yang
membawa terang Roh Kudus yang merupakan permulaan pergerakan kharismatik di
langowan.
Pelayanannya
melalui kesaksian pribadi dan mendoakan orang-orang sakit semuannya diiringi
dengan kuasa dan tanda mujizat, banyak orang-orang sakit disembuhkan serta
menelanjangi perbuatan-perbuatan jahat dan ada juga orang mati dibangkitkan hal
ini mengingatkan kita akan perbuatan Yesus. Salah satunya yang mengalami
kebangkitan waktu itu bapak Habel Lumangkun warga desa Amongena Langowan dan ia
masih hidup sampai 10 thn lagi, mujizat-mujizat lainnya: seorang bapak bernama
Dolof Lumingas asal desa Manembo Langowan. Kepalanya di paku dari kiri kekanan
sampai tembus, Wiliam Wangko mmencabut paku tersebut lalu berkata ”dalam nama Tuhan Yesus sembuh!” langsung
sembuh dan tidak mengalami kematian. Karunia nubuatan yang diterima Wiliam
Wangko pada waktu itu cukup mencengangkan bagi banyak orang yaitu sebelum
perang dunia kedua, ada beberapa rumah di Langowan yang ia tunjuk dengan
tongkatnya, dan berkata “suatu waktu
rumah ini akan hancur oleh bom sekutu”. Hal tersebut terjadi tetapi ada
yang rumah keluarga Sigarlaki disamping gereja sentrum GMIM Langowan yang tidak
di tunjuk, rumah tersebut tidak ditimpah dengan bom.
Penyerahan Mandat
Kepemimpinan Kelompok Persekutuan
Di tepi
pantai sario Manado saat Wiliam Wangko akan dinaikan ke perahu menuju kapal
laut Belanda yang nama kapal tersebut “Bonteku”
Wiliam Wangko berkata kepada G.W. Rawung sambil menyepak kakinya dan memukul
kepala G.W. Rawung dengan Alkitab besar ia berkata dalam bahasa Daerah “Co re temmemboi parungan, taru-taruyan nange
se sidang jemaat” yang artinya “Gerard
kamu yang harus melanjutkan memimpin persekutuan doa ini”. Gerard tidak
marah atas cara Wiliam Wangko tersebut tetapi dengan rendah hati ia berlutut
dan berkata “Haleluya, Haleluya, Haleluya”.
Pada
tahun 1942 sampai 1945 masa pendudukan Jepang ibadah tetap dilakukan di
tempat-tempat penyingkiran dan untuk pertama kalinya kelompok persekutuan doa
ini membentuk pengrus dengan susunan sebagai berikut:
Pucuk Pimpinan :
Ketua : Gerard W. Rawung
Panitera : Heybert Suwuh (Ober)
Meninggal dunia tahun 1950 dan digantikan
oleh Rulan Sambeka
Penyimpan : Albert
Rawung
Anggota : Paul Londa, Paul kembuan, Rulan
sambeka, David Manaroingsong, Clas Oroh, Arnold Makarawung, Habel Tumengkeng
dan Viktor Tuju.
Saat
sedang doa puasa G.W. Rawung mengutus Ebert Tumangkeng, Heybert Suwuh dan Jhon
Oroh untuk ketemun dengan bapak DS.Rewah yang merupakan kawan dekat dari G.W.
Rawung untuk berdiskusi langkah-langkah apa yang harus diambil, maka DS.Rewah
menyarankan untuk didirikan Organisasi Gereja permanen lalu buat Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga dan jangan lagi berlindung di Gereja lain, lalu
utusan G.W. Rawung bertanya “apa nama
Gereja yang akan didirikan.?” Dijawab DS.Rewah “Maranatha” yang artinya “Tuhan
Yesus Datanglah”. Maka kembalilah utusan-utusan ini serta melaporkan hasil
pembicaraan dengan DS.Rewah kepada G.W. Rawung dan beliau sangat terkesan atas
hasil pembicraan tersebut, maka diadakan rapat Pucuk Pimpinan dan sebagai hasil
dari rapat tersebut menghasilkan dua keputusan :
1. Menugaskan
kepada Pdt. A.B. Tering untuk menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Gereja.
2. Mendirikan organisasi Gereja dengan nama “Gereja Kristen Maranatha”.
Maka
pada akhir tahun 1951 papan nama Gereja Bahtera Injil Dua diturunkan dan
diganti dengan nama “Gereja Kristen
Maranatha”
God Bless You :)
Langganan:
Postingan (Atom)